ME, I 'N' MY SELF ^__^

Rabu, 24 Juni 2009

Hasil Penelitian (Lanjutan dari Proposal Penelitian)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila memiliki prospek usaha yang cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi.

Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan nila adalah rasa dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai sumber protein yang murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat. Prospek pengembangan budidaya ikan nila juga diperkirakan memiliki peluang yang sama baiknya dengan pengembangan jenis ikan konsumsi lainnya.

Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam, tambak-tambak air payau, Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti waduk, danau dan laut, serta di lahan sawah baik sebagai penyelang, palawija maupun minapadi. Hal ini karena ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Khairuman dan Amri, 2003).

Salah satu jenis ikan nila adalah ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus). GIFT merupakan singkatan dari Genetic Improvement of Farmed Tilapias. Ikan ini merupakan hasil persilangan beberapa varietas ikan nila. Ikan nila GIFT ini lebih tahan terhadap lingkungan yang kurang baik serta memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-15 ppt (Khairuman dan Amri, 2003). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dalam wadah terkontrol.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui salinitas terbaik bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT.

Kegunaan penelitian adalah menambah wawasan mahasiswa, sebagai tambahan informasi bagi masyarakat khususnya pembudidaya ikan nila GIFT sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksinya dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan bagi instansi terkait.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila GIFT

2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi ikan nila GIFT menurut Saanin (1968) sebagai berikut :

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus)

2.1.2 Morfologi

Ikan nila GIFT mempunyai bentuk tubuh lebih pendek dari pada ikan nila lokal. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badannya, dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya (Arie, 1999).

Sebagaimana umumnya ikan nila biasa, ikan nila GIFT memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994).

Arie (1999) menyatakan, bahwa jenis kelamin ikan nila GIFT dapat dibedakan dari tanda pada tubuh bagian luar, yaitu bentuk, warna dan alat kelamin. Ikan nila GIFT jantan memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih membulat, warna lebih cerah serta memiliki satu lubang kelamin yang berbentuk memanjang, dimana fungsinya sebagai tempat mengeluarkan sperma dan air seni. Ikan nila GIFT betina bertubuh lebih rendah atau lebih memanjang, warna lebih gelap serta lubang kelamin dua, yaitu satu untuk mengeluarkan telur dan satu lagi untuk mengeluarkan air seni.

2.2 Habitat

Ikan nila GIFT dikenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup, sehingga ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, dengan cara salinitasnya dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian pada ikan (Suyanto, 1994).

Arie (1999) menyatakan, bahwa habitat yang ideal untuk ikan nila GIFT adalah perairan tawar yang memiliki suhu antara 140C – 380C, atau suhu optimal 250C-300C. Kisaran salinitas (kadar garam) yang ditoleransi untuk pertumbuhan ikan nila GIFT adalah 0-15 ppt.

Tempat hidup ikan nila GIFT biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras. Ikan nila GIFT tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak (mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila GIFT seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan nila GIFT juga bisa hidup baik, pada perairan yang mengalir tersebut (Rukmana, 2004).

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup (Mudjiman, 2004). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa jumlah ransum dan komposisi gizi yang dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan makanan alami di dalam tempat pemeliharaannya.

Ikan nila GIFT termasuk ke dalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora), sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan (Khairuman dan Amri, 2003). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa ikan nila GIFT yang masih berukuran benih menyukai makanan alami berupa zooplankton misalnya Rotifera sp., Moina sp., dan Daphnia sp. juga fitoplankton. Selain itu, ikan nila GIFT juga suka memangsa alga atau lumut yang menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-daun lunak yang jatuh ke dalam air. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila GIFT bisa diberi makanan tambahan berupa pellet.

Menurut Arie (1999), pellet yang diberikan sebagai pakan tambahan untuk ikan nila GIFT harus mengandung protein yang tinggi, minimal 25%. Pellet yang diberikan dapat berupa tepung maupun butiran. Namun, bisa juga diberikan dedak halus jika pellet tidak tersedia, meskipun kandungan proteinnya tidak sekomplit pellet, ikan nila GIFT sangat menyukai dedak halus tersebut. Banyaknya pakan tambahan yang diberikan 2-3% dari berat biomassa ikan.

2.4 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada akhirnya menyebabkan perubahan ukuran jaringan. Pertumbuhan bagi suatu populasi adalah pertambahan jumlah individu, dimana faktor yang mempengaruhinya dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, keturunan dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, makanan, penyakit, media budidaya, dan sebagainya (Effendi, 1978).

Apabila dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka nila GIFT mempunyai karakteristik lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas lebih tinggi. Ikan nila GIFT mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 g dalam waktu 5-6 bulan. (Balai Penelitian Perikanan Air Tawar DKP, 2001).

Menurut Khairuman dan Amri (2003), laju pertumbuhan tubuh ikan nila GIFT yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju pertumbuhan ikan nila GIFT lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah karena di perairan yang dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila GIFT menjadikannya sebagai makanan. Lebih lanjut dinyatakan, jumlah telur ikan nila GIFT lebih banyak 20-30%, pada stadium benih sampai ukuran 17,5 g tumbuh lebih cepat 300-400%, sedangkan dalam pembesaran tumbuh lebih cepat 100-200%.

Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi, 1997).

2.5 Kualitas Air

Asmawi (1983) menyatakan, bahwa kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan organisme yang hidup di air. Agar bisa menjadi lingkungan yang baik bagi hewan dan tumbuhan-tumbuhan air tingkat tinggi, sebelumnya air harus merupakan lingkungan hidup yang baik bagi hewan dan tumbuhan-tumbuhan air tingkat rendah, untuk itu terlebih dahulu air harus merupakan lingkungan hidup yang baik bagi tumbuh-tumbuhan renik yang mampu berasimilasi.

Kualitas air untuk budidaya ikan nila GIFT harus memenuhi beberapa persyaratan, karena air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Beberapa variabel-variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air yaitu sifat kimia air (kandungan oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, pH dan zat-zat beracun) dan sifat fisika air (suhu, salinitas, kekeruhan dan warna air) (Khairuman dan Amri, 2003).

2.5.1 Sifat Kimia Air

2.5.1.1 Salinitas

Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Beberapa ikan air tawar dapat menerima (toleran) terhadap kehadiran sejumlah kecil natrium dalam bentuk garam (O-Fish, 2003).

Menurut Boyd (1990) dan Stickney (1979), tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum, di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk proses osmoregulasi daripada proses lain. Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya. Sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

Salinitas merupakan faktor penting yang menunjang kelangsungan hidup organisme perairan, konsumsi pakan, laju pertumbuhan, metabolisme dan distribusi ikan (Kinne (1964) dalam Asmawi (1983)). Menurut Holliday (1969) dalam Asmawi (1983), salah satu aspek fisiologis yang dipengaruhi salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi ion dalam cairan tubuh. Stickney (1979) dalam Asmawi (1983) menyatakan, bahwa ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan.

Khairuman dan Amri (2003) menyatakan, bahwa ikan nila GIFT lebih tahan terhadap lingkungan yang kurang baik. Ikan nila GIFT juga memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-15 ppt, sehingga bisa dipelihara di air payau.

2.5.1.2 Oksigen Terlarut

Cahyono (2000) menyatakan, bahwa ikan memerlukan oksigen untuk bernapas dan pembakaran makanan untuk menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Selain itu, laju pertumbuhan dan konversi pakan juga sangat bergantung pada kandungan oksigen.

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan dalam kegiatan budidaya ikan (Djarijah, 1995). Lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai oksigen dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting, karena kondisi yang kurang optimal bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang dapat mengakibatkan kondisi stress bagi ikan sehingga mudah terserang penyakit.

Semua organisme perairan bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kandungan oksigen sangat bertentangan dengan kandungan karbondioksida di dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air bisa berasal dari hasil proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari atau berasal dari luar melalui proses difusi permukaan air (Lesmana, 2004).

Menurut Rukmana (2004), ikan nila GIFT termasuk jenis ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan oksigen. Jika terjadi kekurangan oksigen, ikan nila GIFT langsung mengambil oksigen dari udara bebas. Ikan nila GIFT bisa bertahan hidup lebih lama di darat tanpa air. Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila GIFT berkisar antara 3-5 ppm.

2.5.1.3 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau lebih populer disebut pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam, nilai pH di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin) sedangkan pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan lingkungan yang netral (Lesmana,2004).

Cahyono (2000) menyatakan, bahwa pada siang hari pH suatu perairan meningkat. Hal ini disebabkan adanya proses fotosintesis pada siang hari, saat itulah tanaman air atau fitoplankton mengkonsumsi karbondioksida. Sebaliknya, pada malam hari kandungan pH suatu perairan akan menurun karena tanaman air dan fitoplankton mengkonsumsi oksigen dan menghasilkan karbondioksida.

Menurut Hickling (1962) dalam Asmawi (1983), batas minimum pH yang ditoleransi ikan air tawar pada umumnya 4,0 dan batas maksimum 11,0. Menurut Soeseno (1971), pH yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi terus menerus, dapat menyebabkan berkurangnya pertumbuhan pada ikan karena pada suasana tersebut mengganggu pertukaran zat di dalam tubuhnya.

Arie (1999) menyatakan, bahwa pH mempengaruhi daya produktifitas suatu perairan. Air yang bersifat basa dan netral cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang bersifat asam. pH yang baik untuk pertumbuhan ikan nila GIFT berkisar 7-8.

2.5.1.4 Karbondioksida Terlarut

Konsentrasi karbondioksida diperlukan bagi proses fotosintesis oleh kehidupan tanaman air dalam perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan (Brotowidjoyo, 1995). Lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai karbondioksida ditentukan oleh pH dan suhu. Jumlah karbondioksida yang bertambah akan menekan aktivitas pernafasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin, sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.

Andrianto (2005) menyatakan, bahwa meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun jika dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu organisme yang dibudidayakan. Kandungan karbondioksida lebih dari 15 ppm sangat membahayakan bagi organisme yang dibudidayakan, karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan hemoglobin.

Menurut Kordi (1997), pada pemeliharaan ikan secara intensif, kandungan karbondioksida yang aman harus kurang dari 5 mg/liter air. Ikan nila GIFT mampu bertahan hidup pada kandungan karbondioksida sampai 25 mg/liter air.

2.5.1.5 Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob (Asmawi, 1983). Lebih lanjut dinyatakan, jika kadar amoniak dalam air terlalu tinggi karena proses perombakan protein tidak berlangsung dengan baik sehingga menghasilkan nitrat, maka air dikatakan mengalami pengotoran.

Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar oksigen dan amoniak di dalam perairan berbanding terbalik, apabila amoniak meningkat maka kadar oksigen menjadi rendah (Brotowidjoyo, 1995).

Menurut Khairuman dan Amri (2003), ada dua jenis amoniak yaitu amoniak bukan ion (NH3) dan NH4 atau disebut juga amonium. Amoniak merupakan racun bagi ikan, biasanya terjadi jika banyak fitoplankton yang mati kemudian diikuti oleh penurunan pH karena kandungan karbondioksidanya meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang bisa mematikan ikan nila GIFT adalah 0,1 – 0,3 ppm. Menurut Arie (1999), kadar amoniak tertinggi yang masih dapat ditolerir ikan nila GIFT adalah 2,4 ppm.

2.5.2 Sifat Fisika Air

2.5.2.1 Suhu

Menurut Susanto (1991), suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang optimal untuk ikan daerah tropis berkisar 25-300C. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 50C apalagi sampai mendadak (drastis).

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk-makhluk hidup. Selain itu juga suhu berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut, dimana semakin tinggi suhu suatu perairan maka semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan akan oksigen (Asmawi, 1983).

Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan ikan mengalami stress. Hal ini biasa terjadi terutama pada saat memasukkan ikan baru ke dalam suatu akuarium, dimana usaha penyesuaian suhu tidak dilakukan dengan baik atau pada saat menambahkan air baru yang memiliki suhu tidak sama. Penurunan suhu secara perlahan jarang menimbulkan terjadinya stress pada ikan, meskipun demikian suhu hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau lebih (O-Fish, 2007).

Rounsefell dan Everhart (1953) dalam Asmawi (1983) menyatakan, bahwa proses pencernaan makanan yang dilakukan oleh ikan berjalan sangat lambat pada suhu yang rendah. Sebaliknya, akan lebih cepat pada kondisi perairan yang lebih hangat. Menurut Jangkaru (1956) dalam Asmawi (1983), suhu air yang optimal untuk selera makan ikan adalah 25-270C.

Suhu normal untuk pertumbuhan ikan nila GIFT adalah 14-380C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-370C (Khairuman dan Amri, 2003). selanjutnya dinyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila GIFT adalah 25-300C. Pertumbuhannya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 140C atau pada suhu tinggi 380C. Ikan nila GIFT akan mengalami kematian pada suhu 60C atau 420C.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2008 sampai dengan Januari 2009 di Laboratorium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako Palu.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

3.2.1.1 Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium berjumlah 4 buah. Akuarium tersebut masing-masing disekat menjadi 5 bagian, dengan ukuran tiap sekat sama antara panjang, lebar dan tingginya yaitu 40x35x35 cm3. Akuarium tersebut dilengkapi aerasi sebagai penyuplai oksigen untuk organisme yang dipelihara. Adapun jumlah ikan yang ditebar untuk setiap sekat berjumlah 5 ekor.

3.2.1.2 Alat pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini berupa termometer untuk mengukur suhu air, refraktometer untuk mengukur salinitas, pH meter untuk mengukur pH air, alat titrasi untuk mengukur oksigen terlarut, karbondioksida dan amoniak, serta timbangan Ohaus dengan ketelitian 0,01 g untuk mengukur pakan dan berat ikan.

3.2.2 Bahan

3.2.2.1 Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) dengan bobot badan berkisar antara 4,30-5,40 g/ekor.

3.2.2.2 Media Pemeliharaan

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah media air yang bersalinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt dan 15 ppt. Air yang digunakan sebagai media sebelumnya disaring terlebih dahulu.

3.2.2.3 Pakan

Pakan yang diberikan kepada ikan uji berupa pellet tenggelam. Dosis pemberiannya 3% dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian 4 kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00, 10.00,14.00 dan 18.00 Wita. Adapun kompisisi dari pellet yang diberikan, terlihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Pellet

Bahan

Kandungan (%)

Protein kasar

24-27

Lemak kasar

4-6

Serat kasar

6-7

Air

9-12

Abu

8-10

Sumber : Comfeed

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Tahap Persiapan

3.3.1.1 Persiapan Alat Pengukuran dan Wadah

Persiapan alat pengukuran dan wadah penelitian yang dilakukan adalah sterilisasi alat dan wadah, serta menyiapkan sistem aerasi.

3.3.1.2 Pembuatan Media Bersalinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt dan 15 ppt

Penelitian ini menggunakan media berupa air tawar dan air laut, dimana untuk mendapatkan salinitas 0 ppt dipastikan air tawar yang digunakan betul-betul murni 0 ppt, sedangkan untuk mendapatkan media salinitas 5, 10 dan 15 ppt dilakukan pengenceran. Cara memperolehnya yaitu air laut dicampurkan air tawar dengan perbandingan tertentu sehingga diperoleh salinitas sesuai dengan yang diinginkan.

Cara pengenceran yang digunakan berdasarkan rumus dari Anggoro (1992), yaitu sebagai berikut :

Keterangan : V1 = Volume air laut (l)

N1 = Salinitas air laut mula-mula (ppt)

V2 = Volume setelah pengenceran (l)

N2 = Salinitas yang diinginkan (ppt)

3.3.1.3 Aklimatisasi Ikan Uji ke Salinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt dan 15 ppt

Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu selama kurang lebih 1 minggu, bertujuan agar ikan tidak stress terhadap perubahan salinitas yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suyanto (1994), bahwa ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, karena pemindahan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya berbeda dapat menyebabkan ikan stress dan mati. Adaptasi ini dilakukan secara bertahap dan perlahan terhadap peningkatan salinitas dari 0-15 ppt.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

3.3.2.1 Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan nila GIFT yang digunakan sebagai ikan uji pada penelitian ini dipelihara selama kurang lebih 2 bulan. Selama masa pemeliharaan dilakukan pengukuran pertumbuhan meliputi pengukuran berat ikan, serta mengamati kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan.

3.3.2.2 Pengontrolan Kualitas Air

Kualitas air sangat penting untuk menjaga agar ikan nila GIFT dapat tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, agar kualitas airnya tertap terjaga maka perlu dilakukan pergantian air akuarium dan penyifonan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang mengendap di dasar wadah. Pergantian air dilakukan tiap seminggu sekali dan penyifonan dilakukan tiap hari sebelum memberikan pakan pada ikan.

3.3.2.3 Pengamatan

Ada beberapa hal yang akan diamati pada penelitian yang akan dilaksanakan yaitu sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Berat Mutlak

Menurut Effendi (1978), pertumbuhan berat mutlak diukur secara periodik dalam mingguan dari awal hingga akhir penelitian dengan menimbang berat biomassa ikan, dalam hal ini ikan nila GIFT. Rumus dari pertumbuhan mutlak adalah sebagai berikut :

Keterangan : h = Pertumbuhan berat mutlak (g)

Wt = Berat hewan uji pada akhir pengamatan (g)

Wo = Berat hewan uji pada awal pengamatan (g)

2. Koefisien Laju Pertumbuhan Harian

Menurut Effendi (1978), rumus dari laju pertumbuhan harian adalah sebagai berikut :

Keterangan : g = Koefisien laju pertumbuhan harian

Wt = Berat hewan uji pada akhir pengamatan (g)

Wo = Berat hewan uji pada awal pengamatan (g)

t = Waktu penelitian (hari)

3. Kelangsungan Hidup (SR)

Menurut Effendi (1997), derajat kelangsungan hidup merupakan persentase dari jumlah ikan yang hidup dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan. Rumus dari derajat kelangsungan hidup adalah sebagai berikut :

Keterangan : S = Derajat kelangsungan hidup (%).

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal periode

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir periode

4. Pengamatan Kualitas Air

Kualitas air yang diamati terlihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Parameter Kualitas Air, Alat/Metode yang Digunakan dan Frekuensi Pengukuran Selama Penelitian

No.

Parameter Kualitas Air

Alat / Metode

Frekuensi Pengukuran

1.

Salinitas (ppt)

Refracktometer

3 kali / hari

2.

Suhu (0C)

Thermometer

3 kali / hari

3.

Oksigen terlarut (ppm)

Titrasi

Setiap minggu

4.

pH

pH meter

Setiap minggu

5.

Karbondioksida (ppm)

Titrasi

Setiap minggu

6.

Amoniak (ppm)

Titrasi

Awal dan akhir penelitian

3.3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan acak lengkap tidak memiliki lokal kontrol, sehingga cocok digunakan untuk kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang homogen seperti di laboratorium, rumah kaca atau ruang-ruang terkontrol lainnya (Hanafiah, 1991).

Rancangan Acak Lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan masing-masing 5 kali ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 20 unit. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

- Perlakuan A : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 0 ppt

- Perlakuan B : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 5 ppt

- Perlakuan C : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 10 ppt

- Perlakuan D : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 15 ppt

3.3.4 Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Model matematika dari perlakuan tersebut menurut Gaspersz (1991), yaitu sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Respon terhadap perlakuan ke i pada ulangan ke j

µ = Nilai Tengah Populasi

Ï„ = Pengaruh perlakuan ke i yang diuji

εij = Galat percobaan dari perlakuan ke i pada pengamatan ke j

i = Perlakuan (1,2,3,4)

j = Ulangan (1,....,5)

Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata α 5%.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

4.1.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Tabel 3. Rata-rata Pertumbuhan Berat Mutlak (g) Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian.

Perlakuan

Salinitas

Pertumbuhan Mutlak

A

0 ppt

13,58 a

B

5 ppt

11,84 ab

C

10 ppt

10,64 ab

D

15 ppt

7,66 b

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata

4.1.2 Koefisien Laju Pertumbuhan Harian

Gambar 2. Berat Rata-rata Individu Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) Selama Penelitian dalam Diagram Batang

4.1.3 Kelangsungan Hidup

Tabel 4. Rata-rata Derajat Kelangsungan Hidup (%) Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) untuk Setiap Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan

Perlakuan

0 ppt

5 ppt

10 ppt

15 ppt

1

100

100

100

100

2

100

100

100

100

3

100

100

100

100

4

100

100

100

100

5

100

100

100

100

4.1.4 Kualitas Air

Tabel 5. Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian

Perlakuan

Kualitas Air

Suhu

(0C)

O2 terlarut (ppm)

CO2 terlarut (ppm)

pH

Amoniak (ppm)

0 ppt

25-28

3,02-4,41

1,4-6,5

7,1-7,5

0,93-1,47

5 ppt

25-28

3,52-4,74

1,3-4,0

7,1-7,4

0,88-1,26

10 ppt

25-28

3,53-4,30

5,0-7,2

7,1-7,6

0,86-1,23

15 ppt

25-28

3,61-4,49

3,8-5,4

7,2-7,6

0,78-1,20

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa pertumbuhan berat mutlak yang tertinggi didapatkan pada perlakuan salinitas 0 ppt, selanjutnya diikuti dengan perlakuan salinitas 5 ppt, 10 ppt dan 15 ppt. Tingginya pertumbuhan berat mutlak pada perlakuan salinitas 0 ppt tersebut, diduga karena media yang digunakan merupakan media air tawar murni tanpa adanya campuran air laut sedikitpun, dimana air tawar merupakan habitat asli dari ikan Nila GIFT, sehingga ikan uji tersebut mudah untuk beradaptasi.

Ikan nila GIFT selain dapat dipelihara di air tawar, dapat juga dipelihara di air payau dan air laut. Namun, pemeliharaannya harus melewati proses adaptasi terlebih dahulu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Suyanto (1994), yang menyatakan bahwa ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, dengan cara salinitasnya dinaikkan sedikit demi sedikit. Apabila pemindahannya dilakukan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian pada ikan.

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan bahwa perlakuan dengan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan ikan nila GIFT. Hal tersebut terlihat juga pada hasil uji BNT (Lampiran 3), yang menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 0 ppt berbeda sangat nyata terhadap perlakuan salinitas 5, 10 dan 15 ppt.

4.2.2 Koefisien Laju Pertumbuhan Harian

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 5), menunjukkan bahwa perlakuan dengan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan ikan nila GIFT. Hasil uji BNT (Lampiran 5), menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 0 ppt tidak berbeda nyata terhadap perlakuan salinitas 5 dan 10 ppt, tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan 15 ppt.

Menurut Khairuman dan Amri (2003), laju pertumbuhan tubuh ikan nila GIFT yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Hal tersebut bisa dilihat dari laju pertumbuhannya yang berbeda-beda yang terlihat pada Gambar 2, dimana setiap minggu laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan salinitas 0 ppt dan yang terendah terdapat pada perlakuan salinitas 15 ppt, sehingga bisa dikatakan semakin besar perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi.

Selain dipengaruhi faktor fisika kimia perairan, laju pertumbuhannya dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, diantaranya faktor makanan dan media pemeliharaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ikan uji pada perlakuan salinitas 0 ppt, 5 ppt dan 10 ppt sering menghabiskan pakan yang diberikan, sehingga lebih sering mengeluarkan feses, berbeda dengan ikan uji pada perlakuan salinitas 15 ppt yang sering tidak menghabiskan pakan yang diberikan, sehingga lebih sedikit mengeluarkan feses. Hal tersebut diduga karena salinitas yang tinggi mempengaruhi nafsu makan ikan, akibatnya pakan yang diberikan tidak habis termakan, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan tersebut.

Hal demikian sesuai dengan pernyataan dari Effendi (1978), bahwa pertumbuhan bagi suatu populasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, keturunan dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, makanan, penyakit, media budidaya, dan sebagainya.

4.2.3 Kelangsungan Hidup

Selama penelitian berlangsung tidak terdapat adanya ikan uji yang mati, hal ini disebabkan kualitas benih ikan uji yang baik, tingkat padat penebaran yang rendah sehingga persaingan untuk mendapatkan oksigen dan makanan tidak begitu sulit. Selain itu, kualitas air yang baik juga mendukung kelangsungan hidup ikan yang dipelihara, karena kisaran kualitas airnya masih dalam batas yang ditolerir ikan tersebut. Kualitas air tersebut merupakan faktor abiotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Selain dari ketiga faktor tersebut, hal lain yang mendukung yaitu tidak terdapat adanya predator dan kompetitor dalam wadah pemeliharaan. Predator dan kompetitor merupakan faktor biotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan.

Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari Effendi (1997), kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan.

Selain dari faktor-faktor tersebut di atas, media pemeliharaan yang digunakan juga ikut mempengaruhi, karena media pemeliharaan yang digunakan berupa air tenang sehingga kelangsungan hidup ikan uji baik. Ikan nila GIFT menyukai air tenang dibandingkan air mengalir, hal demikian sesuai dengan pernyataan dari Rukmana (1997), yang menyatakan bahwa tempat hidup ikan nila GIFT biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras. Ikan nila GIFT tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak (mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila GIFT seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan nila GIFT juga bisa hidup baik, pada perairan yang mengalir tersebut.

4.2.4 Kualitas Air

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa hasil pengamatan kualitas air selama penelitian masih dalam batas yang ditolerir oleh ikan uji yang dipelihara. Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan organisme yang hidup di air (Asmawi, 1983). Menurut Khairuman dan Amri (2003), beberapa variabel-variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air yaitu sifat kimia air (kandungan oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, pH dan zat-zat beracun) dan sifat fisika air (suhu, salinitas, kekeruhan dan warna air).

4.2.4.1 Sifat Kimia Air

Semua organisme perairan bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan dalam kegiatan budidaya ikan (Djarijah, 1995).

Berdasarkan Tabel 6, kisaran oksigen terlarut yang diperoleh masih layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT. Kisaran tersebut sesuai dengan pernyataan dari Rukmana (2004), bahwa kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila GIFT berkisar antara 3-5 ppm.

Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana,2004). Berdasarkan Tabel 6, kisaran pH yang diperoleh selama penelitian yaitu 7,1-7,6. Kisaran tersebut masih sangat layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT, sesuai dengan pernyataan Arie (1999), bahwa pH yang baik untuk pertumbuhan ikan nila GIFT berkisar 7-8.

Menurut Andrianto (2005), meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun jika dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu organisme yang dibudidayakan. Berdasarkan Tabel 6, kisaran karbondioksida yang diperoleh masih dalam batas yang ditolerir, karena batas kandungan karbondioksida ikan nila GIFT sampai 25 mg/liter air (Kordi, 1997).

Amoniak (NH3) merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob (Asmawi, 1983). Berdasarkan hasil penelitian, kisaran amoniak 0,78-1,47 ppm masih bisa ditolerir ikan nila GIFT. Menurut Arie (1999), kadar amoniak tertinggi yang masih dapat ditolerir ikan nila GIFT adalah 2,4 ppm.

4.2.4.2 Sifat Fisika Air

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk-makhluk hidup. Selain itu juga suhu berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut, dimana semakin tinggi suhu suatu perairan maka semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan akan oksigen (Asmawi, 1983).

Berdasarkan Tabel 6, kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian masih sangat baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan nila GIFT, yaitu berada pada kisaran 25-280C. Sesuai dengan pernyataan dari Khairuman dan Amri (2003), bahwa suhu normal untuk pertumbuhan ikan nila GIFT adalah 14-380C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-370C. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan nila GIFT adalah 25-300C.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Salinitas yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak ikan nila GIFT yang dipelihara dalam wadah terkontrol.
  2. Pertumbuhan ikan nila GIFT yang tertinggi adalah pada perlakuan salinitas 0 ppt.
  3. Kisaran kualitas air yang diperoleh selama penelitian, masih dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan adalah melakukan penelitian lanjutan dengan bobot badan ikan nila GIFT kurang dari 4,30 g yang merupakan bobot badan ikan saat penelitian, sehingga dapat diketahui pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon) Fabricius. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andrianto, T.T., 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut, Yogyakarta.

Arie, U., 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila GIFT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Asmawi, S., 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. PT Gramedia, Jakarta.

Brotowidjoyo, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Boyd, C.E., 1987. Water Quality Management In Pond Fish Culture. Internasional Center For Aquaqulture Auburn University.

Cahyono,B 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Gurame, Nila, Mas). Kanisius, Yogyakarta.

Djarijah, A.S., 1995. Nila Merah (Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif). Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, M.I., 1978. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

------------------,1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Gaspersz V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung.

Hanafiah K.A., 1991. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

http://www.bppt.go.id.copyright.2001.

http://www.o-fish.com/air.salinitas.php.copyright.2003.

http://www.o-fish.com/air.temperatur.php.copyright.2007.

Khairuman dan Amri K., 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Kordi, M.G.H., 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize, Semarang.

Lesmana, D.S., 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mudjiman, A., 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R., 2004. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius, Yogyakarta.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta, Bandung.

Soesono, S., 1981. Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Kanisius, Yogyakarta.

Stickney, R.R., 1979. Principle of Warm Water Aquaculture. John Willey and Sons, New York.

Susanto, H., 1991. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suyanto, R., 1994. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar